Kesejukan Malam Di Bawah Kabut

Pada suatu pagi yang cerah, Satrio beserta teman-temannya pergi mendaki Gunung Guntur. Mereka sudah merencanakan pendakian ini sejak jauh-jauh hari. Rencananya, mereka akan menginap 2 hari 1 malam di sana. Perjalanan Satrio dan teman-temannya pun dimulai.

Dengan niat hati yang teguh serta perlengkapan yang memadai, Satrio dan kawan-kawan bertekad menaklukan puncak Gunung Guntur. Mereka sepakat bertemu di kaki Gunung Guntur pada waktu yang telah ditentukan. Dengan kuda besi tunggangan mereka, Satrio dan kawan-kawan berangkat dari rumah mereka masing-masing. Sehingga, sampailah mereka di tempat yang dijanjikan.

"Ayolah, berangkat!", kata Satrio.
"Oke", ujar Rijot.

Pendakian pun dimulai. Pos demi pos mereka lalui dengan pasti. Sembari menikmati alam yang indah nan asri, terdapat kesenangan menikmati perjalanan bersama teman-teman. Sungguh sebuah perjalanan dengan kenangan yang tak terlupakan.

Hingga akhirnya, sampailah mereka di tempat tertinggi di Gunung Guntur. Matahari perlahan tenggelam digantikan langit malam. Satrio dan teman-teman menikmati indahnya pemandangan tersebut. Lelah dan penat sesudah pendakian panjang seolah terbayarkan dengan hal itu.

Sama dengan yang lain, tak lupa mereka mengambil gambar bersama-sama. Gaya yang suka-suka membuat gambar yang mereka ciptakan terasa lebih berwarna. Saat makan malam pun tiba. Satrio dan kawan-kawan mengeluarkan semua perbekalan yang mereka bawa.

"Oke, kita makan. Gua mau masak mie nih", kata Satrio sambil mengeluarkan sebungkus mie instant dari tasnya.
"Masa cuma satu? Buat kita-kita mana?", tanya Rijot.
"Gua bawanya cuma satu. Emang lu ga bawa bekal, Jot?", balas Satrio.
"Bekal gua cuma ada buat turun doang. Kan lu liat sendiri tadi kalo bekal gua abis, Sat.", jawab Rijot.
"Lah, terus gimana? Yang lain ga ada yang bawa lebih apa?", tanya Satrio.
"Kagak.", jawab salah satu teman.

Kebingungan akan hal itu pecah ketika seorang pendaki yang lain memanggil mereka. "Hei kalian, sini!", serunya. Satrio dan teman-teman menghampiri asal suara tersebut. Dilihatnya oleh mereka tersaji makan malam yang banyak.

"Ayo makan bareng-bareng!", kata pendaki itu.
"Ga apa-apa nih?", tanya Satrio.
"Ga apa-apa.", jawab pendaki itu.

Malam itu, Satrio dan teman-temannya makan malam bersama dengan kelompok pendaki yang lain. Sambil bercengkerama dan mengenal sesama, mereka menghabiskan waktu hingga larut malam. Setelahnya, mereka kembali ke tenda masing-masing dan melelapkan diri di sana.

Sinar mentari pagi menyingsing masuk melalui celah di tenda mereka. Hal itu pertanda bagi Satrio dan teman-temannya untuk pulang bersama. Tak lupa, sebelum pergi, mereka membersihkan lingkungan sekitar dengan mengambil sampah di sekitar mereka. Setelahnya, mereka pergi menuruni gunung dengan segera sambil membawa sampah mereka.

Sesampainya di kaki Gunung Guntur, Satrio dan kawan-kawan membuang sampah mereka. Masih terlihat matahari di langit saat mereka sampai di sana. Ini menandakan mereka tidak akan pulang kemalaman. Selesai berpisah, Satrio, Rijot, dan kawan-kawan pulang ke rumah mereka masing-masing.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terserah atau Seterah ?

Proto Melayu Dan Deutro Melayu